Jangan Asal Larang Bayi Menghisap Jari Bila Tak Mau Psikologinya Terganggu


loading...
Mulai sekerang Bunda jangan pernah melarang buah hati kalau melihatnya sedang asyik menghisap jari. Pasalnya, kegiatan itu sangat berpengaruh pada kesehatan psikologinya kelak di usia dewasa.

Bayi yang gagal merasa puas ketika menghisap jari, bakal mengalami gangguan psikologi. Hal itu bukan cuma omong kosong atawa mitos belaka.

"Menurut hasil penelitian teori psikoseksual-psikoanalisa, jika  seseorang gagal (tidak puas) dalam fase oral saat bayi maka, kelak saat ia dewasa ia tumbuh menjadi pribadi yang tidak matang, bicaranya ketus, mudah memaki dan bertindak kasar, alkoholisme, menggigit kuku, berkepribadian menuntut." Demikian dikutip dari kompas.com [1] pada 15 Maret 2017.


Dijelaskan lebih lanjut, bayi yang baru lahir berada dalam tahap awal pengalaman menyalurkan insting primitifnya. Yakni, pemuasan orak (oral gratification). Hal ini sering disebut fase oral. Dan, biasanya fase tersebut berlangsung sejak lahir hingga 18 bulan.

Di rentang usia tersebut, Bunda tidak perlu terlalu khawatir melihat kebiasaan bayi Bunda yang suka menghisap jarinya. Bunda hanya perlu memastikan kebersihan jari bayi Bunda saja.

Tak jarang, fase oral berlanjut hingga usia 2 tahun. Bukan lagi cuma jari yang dihisap, tapi semua benda yang ada di sekitarnya dimasukkan ke dalam mulutnya. Benda apapun itu.

Kekhawatiran memang sering muncul ketika melihat buah hati suka memasukkan benda apa saja ke dalam mulut. Mulai dari risiko tertelan atau benda yang dimasukkan ke dalam mulut, itu tidak bersih. Ada baiknya bila Bunda menyimak "Menekan Risiko Negatif Anak Suka Memasukkan Benda ke Mulut". (Area Halal - Yudha Putra Kusuma)

Sumber:
[1] http://nasional.kompas.com/read/2012/05/28/14484611/Gagal.Fase.Oral.Saat
loading...

Subscribe to receive free email updates: